Thursday, October 26, 2017

Jelajah Gizi Malang, Day 3

Pagi ini merupakan pagi terakhir kami di Malang. Tak terasa sudah sampai di penghujung acara Jelajah Gizi Malang. Untuk itu, aku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Nutricia SariHusada dan semua pihak yang membantu terlaksananya program Jelajah Gizi. Rangkaian acara terlaksana dengan baik, teratur, dan meninggalkan kesan yang mendalam. Aku yakin semua peserta juga merasakan hal yang sama. Selain mendapat tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman baru, kami juga mendapat teman-teman baru. Sungguh moment yang amat berharga dan tak terlupakan.






Di hari ketiga ini jadwalnya lebih santai dibanding dua hari sebelumnya. Selesai sarapan di hotel, kami mengunjungi Kampung Tridi dan Kampung Warna-Warni. Berada di pusat kota Malang, kedua kampung ini sebenernya adalah perkampungan biasa yang akhirnya diubah menjadi wisata edukasi. Harga tiket masuk yg relatif murah (Rp 2.500 sudah dapat gantungan kunci), membuat kampung ini luar biasa ramai pengunjung terutama pada akhir pekan. Kampung Tridi dan Kampung Warna-warni berada di sisi kanan-kiri sungai Brantas. Dan saat ini, untuk menyeberang ke kampung sebelah, ada Jembatan Kaca yang melintasi sungai Brantas. Buat yang takut ketinggian mungkin jembatan ini jadi kurang menarik yah, agak menegangkan. 







Kampung Warna-warni memang sesuai dengan namanya, lebih banyak penekanan pada bangunan, tembok dan atap yang di cat dengan warna-warni yang cerah. Sedangkan Kampung Tridi penuh dengan lukisan-lukisan 3 dimensi dengan berbagai tema yang menarik. Banyak sekali sudut-sudut kampung yang dijadikan tempat foto2 ataupun selfie oleh pengunjung. 

dok. Team Jelajah Gizi

Setelah puas jalan2 di dua kampung nan hits ini, perjalanan kami lanjutkan ke Rumah Makan Inggil. Rumah makan yang berkonsep Rumah Makan sekaligus Museum ini memang cukup unik. Di salah satu ruangan, dindingnya penuh dengan koleksi kaset jadul. Lalu ada mesin tik dan berbagai bentuk telpon kuno, silsilah Bupati Malang, dan ada perkakas2 rumah tangga dari kuningan yang bikin ngiler minta diculik #oopss. Interiornya juga tidak ada sentuhan modern-nya sama sekali. 





Di akhir acara sebagai penutupan, perwakilan dari Nutricia SariHusada dan Danone menyampaikan sepatah dua patah kata mengenai program yang berjalan. Lalu kami berfoto bersama dan siap2 untuk perjalanan menuju Bandara Abdul Rahman Saleh untuk kembali ke Jakarta.

dok. Team Jelajah Gizi

Akhir kata, sekali lagi terima kasih untuk semua pihak yang membuat acara Jelajah Gizi Malang 2017 ini berlangsung sukses, lancar, penuh dengan makna dan tidak terlupakan. Till we meet again! 

dok. Team Jelajah Gizi

dok. Team Jelajah Gizi



Salam,

Eliza Setiawan

Wednesday, October 25, 2017

Jelajah Gizi Malang Day 2, From Local To International

pemandangan di depan villa kami



Pagi hari, kami terbangun dengan sedikit kaget karena diluar sudah terang, padahal pas liat jam masih jam 5 lebih sedikit. Kemudian ingat kalau kita lagi berada di Jawa Timur. Heheheh telat nyadarnya. Niat awal pengen motret matahari terbit, gagal sudah. Tapi sungguh pemandangan di depan villa kami breath-takingly beautiful! Kami menghabiskan waktu di teras villa sambil memandang bukit dan rumah-rumah yang kelihatan amat kecil di mata kami. Udara yang amat sejuk dan angin bertiup pelan membuat kantuk datang kembali. Enaknya sih tarik selimut lagi ya, tapi berhubung kita harus kumpul di lobby jam 8, niat tidur laginya harus ditahan dulu. Lagipula, lebih enak memandang keluar jendela bis....banyak pemandangan yang indah menyegarkan mata.



Setelah bersiap2, kami menuju tempat sarapan. Pilihannya sebenarnya cukup beragam, tapi karena tidak terbiasa sarapan terlalu pagi, aku hanya makan omelette, sedikit mie goreng, salad, buah dan dua gelas jus. (Lah kok jadi banyak juga ya. LOL)






Agenda perjalanan Jelajah Gizi hari kedua ini adalah mengunjungi Coban Rondo dan Kampung Sanan. Off we go!

COBAN RONDO





Daerah wisata yang satu ini terkenal dengan air terjun dan labirinnya. Naaaah, kita kemarin disana agendanya adalah, GAMES!! Mulai dari tebak nama makanan, tebak nutrisi, memecahkan clue di labirin, dan mendekor ban menjadi taman kecil. Games yang di labirin ini seru, jadi 1 anggota kelompok harus berada di menara, memberi petunjuk pada anggota kelompoknya arah yang benar selama di labirin. Dan memberi petunjuknya tidak menggunakan istilah kanan kiri, harus diganti dengan kata sandi lain. Sejujurnya kami kayak anak ilang, lah mba Lulu yg tugas jaga di menara aja seringkali gak kelihatan karena labirinnya lumayan tinggi lho, sekitar 2 meter, jadi harus rajin ubek2 sendiri. Yang pasti seruuu dan melelahkan. Secara badan ini gak pernah dipakai untuk olah raga yaaa, langsung ngos2an dan pegal2 deh. Setelah semua petunjuk ditemukan, kami harus memecahkan pertanyaan yang bikin puyeng itu. Selesai game di labirin, masing-masing grup diminta menghias taman kecil yang terbuat dari ban bekas yang boleh kita cat sesuai kemauan kita. 


Lalu kami makan siang di resto yang berada di area Coban Rondo, namanya Daun Coklat (disingkat jadi Dancok). Saking lapar dan lelahnya, gak inget sama sekali untuk memfoto makanan, yang sempat kefoto hanya es coklat yang kabarnya merupakan spesialisasi dari resto ini. Murmer banget loh, hanya 10k harganya :D. Tastewise, it was decent. Sesuai dengan harganya.


DEMO MASAK BERSAMA CHEF REVO






Lalu acara yang paling ditunggu-tunggu, demo masak bersama Chef Revo. Buat yang belum pernah mendengar, Revo usianya baru 14 tahun! Muda banget yaaah, selisih 3 tahun aja dari anakku yg pertama. Dia mulai masak sejak usia 8 tahun. Dan menjadi finalis Junior Masterchef season 1 saat usianya 11 tahun. Menu yang dimasak Revo menarik sekali, yaitu Apple Salad (pake apel manalagi, tentunya) dan Rawon Steak with Salted Egg Crumbs. Aku agak kaget juga melihat bumbu rawon yang kaya akan rempah lokal (kunyit, jahe, lengkoas, sereh, daun jeruk dll ) menjadi bahan marinasi untuk dagingnya. Plus kluwak juga! Kluwak mempunyai nama yang berbeda di daerah lain. Di sunda disebut picung, di betawi disebut pucung, orang minang menyebutnya kapayang, di lampung disebut kayu tuba, dan lain2. Buah yang berkulit keras dengan daging berwarna kehitaman ini menjadi salah satu bahan utama pembuatan rawon. Sebenarnya kluwak termasuk buah beracun, untuk bisa dipakai memasak, ada proses cukup panjang yaitu proses fermentasi. Menurut Prof. Ahmad, kluwak mengandung vitamin, mineral dan bahkan antioksidan yang baik untuk tubuh kita. 




Walopun agak unusual, ternyata menu ini enak , ditambah crumbs nya yang terbuat dari tepung roti dan telur asin. Perfecto. Benar2 sejalan dengan tema Jelajah Gizi tahun ini, yaitu from Local to International. Menu lokal khas Jawa Timur yaitu rawon, disajikan ala internasional. 

Saat demo masak, Prof Ahmad menjelaskan tentang nilai gizi dan nutrisi dari masing2 makanan, dan bahwa sebaiknya kita makan dengan proporsi yang seimbang supaya kenyangnya full nutrisi. Jujur aja dulu2 aku banyakkan porsi karbo nya kalo makan, hihihii. Tp sekarang ngga dong, diusahakan banget lebih banyak porsi sayur dan lauk. Aku malah gak bisa bab kalo kurang makan sayur.  Nah setelah demo, masing2 grup harus menduplikasi Rawon Steak-nya Chef Revo. Walaupun grup kami hanya dapat juara kedua, tapi acara tetap seru dan menyenangkan! 

DESA SANAN

dok. team Jelajah Gizi

Siapa yang suka tempe? Waduh ini kayaknya aku langsung tunjuk tangan duluan deh #anaktempe. Gak bosen2 sama yang namanya tempe, mau digoreng, bacem, dipenyet, dijadiin sate, sambel tempe, atau dijadiin steak tempe aja tetep enak! Kami berkesempatan melihat proses pembuatan keripik tempe di desa Sanan yang memang terkenal sebagai desa penghasil tempe dan keripik tempe. Sayangnya proses pembuatan tempe biasanya dilakukan pagi2, sedangkan kami sampai disana sudah sore. Tapi paguyuban dan PKK disana mengundang kami juga untuk masuk ke tempat proses membuat tempe dan juga keripik tempenya. Dan tau ngga siiiih, ternyata yaaaa, untuk bikin keripik tempe yg berbalur tepung itu...tau kan yang bentuknya bundar2? Tempenya dipotong manual menggunakan pisau bergerigi!! Ya ampun takjub liatnya. Itu kan tipis2 banget potongannya...yang pasti yang ngerjain super sabar, teliti dan hati2. Sebenernya mereka sudah mempunyai mesin pemotong untuk tempe, tapi tangan manusia rupanya lebih bisa diandalkan karena bisa menyesuaikan dengan kondisi dan tekstur tempe yang kadang kala tidak selalu sama kepadatannya.

proses pemotongan tempe secara manual





Sambil mendengarkan ketua paguyuban di desa Sanan, kami disuguhi keripik tempe yang masih hangat baru diangkat dari wajan. Enak bangetttttt crunchy kriyuk2 dan rasanya asin gurih. Jujur aja aku kurang fokus mendengarkan penjelasan, lebih fokus menghabiskan keripik tempe yang ada di tangan #akumahgituorangnya (LOL). Lagipula, kurang sopan kan kalau sudah diberi sajian terus ngga dimakan....#kalem

Dari sekian banyak Rukun Warga di desa Sanan, hanya RW 15 dan 16 saja yang memproduksi tempe dan bergabung dalam satu paguyuban. Pada akhir acara, kami dapat oleh2 1 kardus kripik tempe dan 1 buah tempe belum matang yang baru saja diberi ragi.

Selesai dari Desa Sanan, kami mampir sebentar ke Gudang Oleh-oleh untuk shalat maghrib, istirahat dan membeli oleh-oleh tentunya.

TAMAN INDIE RESTO



Restoran yang lumayan hits di Malang ini menjadi tujuan terakhir kami pada hari kedua. Suasananya yg cozy, dengan interior yang amat tradisional penuh dengan ornamen kayu dan ukiran memang cocok sekali untuk acara gathering , arisan, kumpul-kumpul keluarga maupun pesta pernikahan. Disana kami disambut dengan Tari Topeng, dan disajikan berbagai pilihan makanan khas Jawa Timur seperti tahu telur, cwie mie malang, rujak cingur, sop buntut, tahu campur, sate ayam dll. Sampe bingung mau pilih yang mana.

Tempat ini juga merupakan tempat gala dinner Jelajah Gizi 2017, disini diumumkan juga pemenang-pemenang grup terbaik, dll. 

Nahhh, demikian perjalanan Jelajah Gizi hari kedua. Kami berangkat lagi menuju Hotel Ijen Suites, tempat bermalam kami di kota Malang. Sampai jumpa di hari ketiga!

Jelajah Gizi Malang, Day 1. Keunikkan Kuliner Malang

Kuliner, traveling dan fotografi merupakan 3 hal yang mempunyai pesona tersendiri buatku. Aku suka masak, baking, motret, dan jalan2. Ketika ketiganya digabung, kebayang dong bahagianya seperti apa?

Jadi, ketika aku dihubungi mba Dewi, salah satu team advertising dari Jelajah Gizi, dan dinyatakan sebagai salah satu pemenang trip Jelajah Gizi 2017, aku bahagia banget. Trip yang berhubungan dengan makanan, pemandangan, dan juga edukasi tentang kesehatan. So very excited!

clockwise: Pak Arif (Corporate Communication Director PT Danone Indonesia),  Pak Sukarli (pemilik Warung Khas Jawa), Prof. Ahmad Sulaeman (ahli gizi) dan Pak Novan (Danone)

Program Jelajah Gizi ini diadakan setahun sekali, bertujuan untuk mengeksplorasi kekayaan gizi, nutrisi dan kearifan lokal dari berbagai bahan pangan khas Indonesia. Jelajah gizi saat ini sudah memasuki tahun kelima. Pemilihan kota Malang sebagai destinasi kelima dikarenakan Malang dikenal sebagai kota yang memiliki berbagai makanan lokal yang bisa dieksplorasi. Selain itu, Malang juga dikaruniai sumber bahan makanan yang berlimpah. Kekayaan sumber daya alam ini yang menjadikan Malang sebagai  salah satu destinasi favorit untuk berwisata kuliner. Dan sudah tak asing juga di telinga kita bahwa Malang merupakan Kota Apel. Sebagai penghasil apel, industri kreatif di Malang memanfaatkan apel yang berlimpah dengan dikreasikan ke aneka jenis penganan lain yang amat menarik. Contohnya: sari apel, jenang apel, keripik apel,cuka apel, pie apel dan sebagainya.

Bersama 9 rekan blogger, 15 rekan media, juga teman-teman dari Nutricia-
sariHusada, kami mengeksplorasi kekayaan pangan di Malang, Jawa Timur. Perjalanan yang kaya akan pengetahuan ini semakin lengkap dengan kehadiran Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, seorang ahli gizi. Mau tau cerita lengkapnya? Aku akan coba ceritakan kegiatan-kegiatan seru yg kami lakukan selama di Malang.

dok. Team Jelajah Gizi

Saat landing di bandara Abdul Rahman Saleh, kami dijemput oleh team panitia dan dipersilahkan masuk ke bis yang sudah disediakan. Kami langsung dibagikan snack khas Malang dari Toko Sara, yang kabarnya cukup terkenal di Malang. Isinya ada tahu berontak sambal petis, roti, dan pipis kopyor. Penganan terakhir yang namanya unik ini baru sekali kucoba. Menurutku rasanya mirip sekali dengan jongkong. Teksturnya juga mirip, sepertinya terbuat dari tepung beras dan tepung ketan. Sayang sekali aku lupa foto, karena udah lapar berat dan sakit kepala timbul lagi, jadi langsung dimakan aja, heheheheh. Walaupun kondisi badan sedang tidak fit karena tensi darah lagi rendah, harus tetap semangat karena jadwal kita padat banget, ngalahin pejabat kelurahan deh padatnya :D

RUMAH MAKAN KHAS JAWA







Tujuan pertama kami adalah Rumah Makan Khas Jawa, rumah makan yang menyajikan masakan khas pulau Jawa yang otentik dan tidak menggunakan vetsin. Pemilik rumah makan ini adalah Bapak Sukarli dan istrinya, rumah makan sudah beroperasi sejak tahun 1985. Sudah lumayan lama ya, kurang lebih seumuran denganku (ooopss korupsi umur detected). 

Kami tiba di jam shalat Jum'at, sehingga rumah makan tutup sementara. Suasana rumah makan amat homey, dan terasa sekali aura jadul nya. Ketika masuk, mata langsung menatap etalase kaca berisi makanan-makanan yang disediakan. Benar-benar menu rumahan ala Jawa. Tidak spesifik Jawa Timur, tapi pulau Jawa secara keseluruhan. Ada mie goreng yang penampilannya mengingatkan pada mie goreng yang dijual di mbok2 penjual pecel sayuran di pasar Beringharjo, ada gudeg khas yogya, serundeng kelapa, kering tempe yang dari jauh kliatan mengkilat menggiurkan, opor ayam, urap sayur, krengsengan, dan tak ketinggalan mendhol dan menjes. 



2 menu yang kusebutkan terakhir ini merupakan menu khas Jawa Timur, tidak pernah kutemukan di Jakarta. Kalo mendhol, aku pernah coba membuatnya, tapi memang tempe di Malang itu beda banget kualitasnya dengan yang di tempat tinggalku. Beda sekali hasil akhirnya! Yang disajikan di Rumah Makan Khas Jawa adalah menjes yang dari kacang2an. Rasanya enak! Gurih dan terasa bumbu2nya. Nah, semua menu tadi bisa kita pilih sesuai dengan selera, tinggal ditambah nasi, jadilah nasi rames! 

dok. Team Jelajah Gizi



Kusuma Agrowisata, Batu



Setelah perut kenyang, perjalanan dilanjutkan ke Kusuma Agrowisata. Wisata perkebunan ini terkenal dengan petik apel langsung dari pohonnya. Tempatnya yang dekat dengan gunung Arjuna membuat udara di sana sejuk dan segar. Mungkin itu sebabnya buah-buahan seperti apel, buah naga, dan stroberi tumbuh subur di lahan agrowisata. Selain petik apel, kami jg masuk ke pabrik yang memproduksi sari apel, teh kemasan, jenang apel dll. Sayang sekali ketika kami kesana, pabrik sudah tutup. 

dok. Team Jelajah Gizi









Kusuma Agrowisata memiliki beberapa jenis apel yang ditanam disana, ada apel manalagi, apel ana. Sesuai penjelasan Prof. Ahmad, apel lokal lebih berkualitas dibanding yang impor. Pertama, tidak dilapis dengan lilin, fungisida dan pirazolin sebagai anti mikroba. Apel impor, yang harus saya akui, lebih manis, crunchy, banyak variannya, dan relatif lebih murah harganya itu, melalui proses yang amat panjang untuk bisa kita nikmati. Pertama, pengirimannya lama melalui kapal laut. Bisa sekitar 2-3 minggu. Dan buah2an impor ini harus antri di gudang cukup lama, ada yg 6 bulan sampai 2 tahun lamanya. Supaya lebih awet, mereka mempertahankan suhu buah2an ini di angka max 10 derajat celcius. 



Buah lokal tidak perlu proses sepanjang itu untuk bisa kita nikmati, dan memang tidak tahan lama, karena tidak menggunakan lapisan lilin dan fungisida lainnya. Jadi tentu saja lebih aman untuk dikonsumsi. Btw, kalian tau kan kandungan gizi dari apel? Saking banyaknya manfaat apel, sampai ada quote yg berbunyi "An apple a day, keeps the doctor away". Apa saja sih manfaat apel? Pertama, apel kaya akan antioksidan, mengurangi resiko diabetes, menyehatkan sistem pencernaan, dan masih banyak lagi. 






Di kusuma agrowisata ini, kami dibagi menjadi 5 kelompok. Aku ada di kelompok Mendhol, anggotanya ada mba Uci, mba Luis, mas Bagus dan Pak Erwan.



dok. Team Jelajah Gizi


Museum Angkut


dok. Team Jelajah Gizi

Museum yang dibuka pada tahun 2014 ini mempunyai koleksi alat transportasi yang cukup banyak dan menarik dari seluruh penjuru dunia. Di tempat ini, kami masuk ke museum de' Topeng yang koleksinya berupa topeng, batik, perkakas, dan benda-benda bersejarah lainnya. Pemilik museum ini yang memandu kami selama keliling museum. Beliau bercerita tentang awal mula kegemarannya mengumpulkan barang2 kuno. 



Disini juga kami harus menyelesaikan beberapa tugas kelompok, tapi kelompok kami agak santei yah, hahahaha. Yel yel kelompok yang harusnya dibuat disini aja kami ngga inget. Aku sibuk muter2 sendiri nyari obyek buat difoto. Tapi akhirnya karena emang masih gak enak badan, memilih cepet2 keluar museum aja setelah foto bersanding dengan Queen Elizabeth. 

Elizabeth and Eliza







Pupuk Bawang Dining

Kami sampai tempat ini udah cukup malam, dan tempat kami berada di luar bangunan utama. Ternyata anginnya cukup kencang dan udara dingiiin yaaaah. Lumayan banget deh jadinya harus pake jaket. Naah disini kami tinggal milih mau makan apa, ada bakwan malang, rawon, wedang angsle, sempol ayam, ketan bumbu dan lainnya. Semuanya makanan khas Malang. Aku milih bakwan malang aja, karena pas banget dinikmati di udara dingin seperti ini.

Karena terlalu gelap, aku gak motret2 disini, saking udah berasa capek juga kayaknya...jadi pengen fokus ke makan, beramah-tamah dan menikmati keindahan malam kota Batu. Hari yang amat melelahkan tetapi sangat menyenangkan. Gak sabar menunggu kegiatan di hari kedua.

Perjalanan kami lanjutkan ke hotel Jambuluwuk Resort, Batu. Sampai kamar, aku dan Maya langsung siap2 istirahat. Sampai jumpa di hari kedua!