Wednesday, October 25, 2017

Jelajah Gizi Malang Day 2, From Local To International

pemandangan di depan villa kami



Pagi hari, kami terbangun dengan sedikit kaget karena diluar sudah terang, padahal pas liat jam masih jam 5 lebih sedikit. Kemudian ingat kalau kita lagi berada di Jawa Timur. Heheheh telat nyadarnya. Niat awal pengen motret matahari terbit, gagal sudah. Tapi sungguh pemandangan di depan villa kami breath-takingly beautiful! Kami menghabiskan waktu di teras villa sambil memandang bukit dan rumah-rumah yang kelihatan amat kecil di mata kami. Udara yang amat sejuk dan angin bertiup pelan membuat kantuk datang kembali. Enaknya sih tarik selimut lagi ya, tapi berhubung kita harus kumpul di lobby jam 8, niat tidur laginya harus ditahan dulu. Lagipula, lebih enak memandang keluar jendela bis....banyak pemandangan yang indah menyegarkan mata.



Setelah bersiap2, kami menuju tempat sarapan. Pilihannya sebenarnya cukup beragam, tapi karena tidak terbiasa sarapan terlalu pagi, aku hanya makan omelette, sedikit mie goreng, salad, buah dan dua gelas jus. (Lah kok jadi banyak juga ya. LOL)






Agenda perjalanan Jelajah Gizi hari kedua ini adalah mengunjungi Coban Rondo dan Kampung Sanan. Off we go!

COBAN RONDO





Daerah wisata yang satu ini terkenal dengan air terjun dan labirinnya. Naaaah, kita kemarin disana agendanya adalah, GAMES!! Mulai dari tebak nama makanan, tebak nutrisi, memecahkan clue di labirin, dan mendekor ban menjadi taman kecil. Games yang di labirin ini seru, jadi 1 anggota kelompok harus berada di menara, memberi petunjuk pada anggota kelompoknya arah yang benar selama di labirin. Dan memberi petunjuknya tidak menggunakan istilah kanan kiri, harus diganti dengan kata sandi lain. Sejujurnya kami kayak anak ilang, lah mba Lulu yg tugas jaga di menara aja seringkali gak kelihatan karena labirinnya lumayan tinggi lho, sekitar 2 meter, jadi harus rajin ubek2 sendiri. Yang pasti seruuu dan melelahkan. Secara badan ini gak pernah dipakai untuk olah raga yaaa, langsung ngos2an dan pegal2 deh. Setelah semua petunjuk ditemukan, kami harus memecahkan pertanyaan yang bikin puyeng itu. Selesai game di labirin, masing-masing grup diminta menghias taman kecil yang terbuat dari ban bekas yang boleh kita cat sesuai kemauan kita. 


Lalu kami makan siang di resto yang berada di area Coban Rondo, namanya Daun Coklat (disingkat jadi Dancok). Saking lapar dan lelahnya, gak inget sama sekali untuk memfoto makanan, yang sempat kefoto hanya es coklat yang kabarnya merupakan spesialisasi dari resto ini. Murmer banget loh, hanya 10k harganya :D. Tastewise, it was decent. Sesuai dengan harganya.


DEMO MASAK BERSAMA CHEF REVO






Lalu acara yang paling ditunggu-tunggu, demo masak bersama Chef Revo. Buat yang belum pernah mendengar, Revo usianya baru 14 tahun! Muda banget yaaah, selisih 3 tahun aja dari anakku yg pertama. Dia mulai masak sejak usia 8 tahun. Dan menjadi finalis Junior Masterchef season 1 saat usianya 11 tahun. Menu yang dimasak Revo menarik sekali, yaitu Apple Salad (pake apel manalagi, tentunya) dan Rawon Steak with Salted Egg Crumbs. Aku agak kaget juga melihat bumbu rawon yang kaya akan rempah lokal (kunyit, jahe, lengkoas, sereh, daun jeruk dll ) menjadi bahan marinasi untuk dagingnya. Plus kluwak juga! Kluwak mempunyai nama yang berbeda di daerah lain. Di sunda disebut picung, di betawi disebut pucung, orang minang menyebutnya kapayang, di lampung disebut kayu tuba, dan lain2. Buah yang berkulit keras dengan daging berwarna kehitaman ini menjadi salah satu bahan utama pembuatan rawon. Sebenarnya kluwak termasuk buah beracun, untuk bisa dipakai memasak, ada proses cukup panjang yaitu proses fermentasi. Menurut Prof. Ahmad, kluwak mengandung vitamin, mineral dan bahkan antioksidan yang baik untuk tubuh kita. 




Walopun agak unusual, ternyata menu ini enak , ditambah crumbs nya yang terbuat dari tepung roti dan telur asin. Perfecto. Benar2 sejalan dengan tema Jelajah Gizi tahun ini, yaitu from Local to International. Menu lokal khas Jawa Timur yaitu rawon, disajikan ala internasional. 

Saat demo masak, Prof Ahmad menjelaskan tentang nilai gizi dan nutrisi dari masing2 makanan, dan bahwa sebaiknya kita makan dengan proporsi yang seimbang supaya kenyangnya full nutrisi. Jujur aja dulu2 aku banyakkan porsi karbo nya kalo makan, hihihii. Tp sekarang ngga dong, diusahakan banget lebih banyak porsi sayur dan lauk. Aku malah gak bisa bab kalo kurang makan sayur.  Nah setelah demo, masing2 grup harus menduplikasi Rawon Steak-nya Chef Revo. Walaupun grup kami hanya dapat juara kedua, tapi acara tetap seru dan menyenangkan! 

DESA SANAN

dok. team Jelajah Gizi

Siapa yang suka tempe? Waduh ini kayaknya aku langsung tunjuk tangan duluan deh #anaktempe. Gak bosen2 sama yang namanya tempe, mau digoreng, bacem, dipenyet, dijadiin sate, sambel tempe, atau dijadiin steak tempe aja tetep enak! Kami berkesempatan melihat proses pembuatan keripik tempe di desa Sanan yang memang terkenal sebagai desa penghasil tempe dan keripik tempe. Sayangnya proses pembuatan tempe biasanya dilakukan pagi2, sedangkan kami sampai disana sudah sore. Tapi paguyuban dan PKK disana mengundang kami juga untuk masuk ke tempat proses membuat tempe dan juga keripik tempenya. Dan tau ngga siiiih, ternyata yaaaa, untuk bikin keripik tempe yg berbalur tepung itu...tau kan yang bentuknya bundar2? Tempenya dipotong manual menggunakan pisau bergerigi!! Ya ampun takjub liatnya. Itu kan tipis2 banget potongannya...yang pasti yang ngerjain super sabar, teliti dan hati2. Sebenernya mereka sudah mempunyai mesin pemotong untuk tempe, tapi tangan manusia rupanya lebih bisa diandalkan karena bisa menyesuaikan dengan kondisi dan tekstur tempe yang kadang kala tidak selalu sama kepadatannya.

proses pemotongan tempe secara manual





Sambil mendengarkan ketua paguyuban di desa Sanan, kami disuguhi keripik tempe yang masih hangat baru diangkat dari wajan. Enak bangetttttt crunchy kriyuk2 dan rasanya asin gurih. Jujur aja aku kurang fokus mendengarkan penjelasan, lebih fokus menghabiskan keripik tempe yang ada di tangan #akumahgituorangnya (LOL). Lagipula, kurang sopan kan kalau sudah diberi sajian terus ngga dimakan....#kalem

Dari sekian banyak Rukun Warga di desa Sanan, hanya RW 15 dan 16 saja yang memproduksi tempe dan bergabung dalam satu paguyuban. Pada akhir acara, kami dapat oleh2 1 kardus kripik tempe dan 1 buah tempe belum matang yang baru saja diberi ragi.

Selesai dari Desa Sanan, kami mampir sebentar ke Gudang Oleh-oleh untuk shalat maghrib, istirahat dan membeli oleh-oleh tentunya.

TAMAN INDIE RESTO



Restoran yang lumayan hits di Malang ini menjadi tujuan terakhir kami pada hari kedua. Suasananya yg cozy, dengan interior yang amat tradisional penuh dengan ornamen kayu dan ukiran memang cocok sekali untuk acara gathering , arisan, kumpul-kumpul keluarga maupun pesta pernikahan. Disana kami disambut dengan Tari Topeng, dan disajikan berbagai pilihan makanan khas Jawa Timur seperti tahu telur, cwie mie malang, rujak cingur, sop buntut, tahu campur, sate ayam dll. Sampe bingung mau pilih yang mana.

Tempat ini juga merupakan tempat gala dinner Jelajah Gizi 2017, disini diumumkan juga pemenang-pemenang grup terbaik, dll. 

Nahhh, demikian perjalanan Jelajah Gizi hari kedua. Kami berangkat lagi menuju Hotel Ijen Suites, tempat bermalam kami di kota Malang. Sampai jumpa di hari ketiga!

No comments:

Post a Comment